Homili Hari Minggu Biasa ke-VIII/C – 2019

Hari Minggu Biasa VIII/C
Sir. 27:4-7
Mzm. 92:2-3.13-14.15-16
1Kor. 15:54-58
Luk. 6:39-45

Kekuatan berpikir positif

Saya memulai homili hari Minggu ini dengan sebuah pertanyaan: “Apakah anda memulai hari ini dengan berpikir positif?” Sekiranya anda jujur dengan dirimu sendiri pastilah anda akan menjawabnya dengan tepat dan benar dan semakin membantumu untuk berefleksi tentang kekuatan berpikir positif dan menjauhi kebiasaan berpikir negatif. Perlu kita sadari bahwa kekuatan pikiran positif cenderung mengarah pada hal yang baik, yang membuat kita merasa optimis dan percaya diri. Sedangkan pikiran negatif lebih mengarah kepada hal-hal yang membuat kita merasa pesimis, mudah menyerah, rasa tidak puas dan masih banyak lagi. Saya mengingat penulis berkebangsaan Amerika, namanya Zig Ziglar (1926-2012). Ia pernah berkata: “Berpikir positif akan membiarkan anda melakukan segala sesuatu lebih baik daripada pikiran negatif.” Berpikir positif membuat kita bertumbuh menjadi sungguh-sungguh manusia yang mampu mengasihi dan membahagiakan sesama manusia.

Berpikir positif itu bukanlah sebuah khayalan belaka atau sesuatu yang tersembunyi di dalam pikiran kita melainkan benar-benar sebuah realita. Artinya, pikiran positif itu nyata dalam kata, ucapan dan tindakan kita. Demikian juga dari pihak sesama kita. Kita dapat menyadari bahwa mereka itu berpikir positif ketika mampu mengungkapkan dirinya melalui tutur kata dan aneka perilaku hidup lainnya. Orang yang berpikir positif memiliki kekuatan transformatif bagi sesama manusia. Orang tidak hanya mendengar kata-kata tetapi melihat hidup yang nyata. Ada sinkronisasi antara kata-kata dengan tindakan manusia.

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari Minggu Biasa ke-VIII/C ini mengarahkan kita untuk selalu berpikir positif kepada Tuhan dan sesama. Penulis Kitab Putra Sirakh mengatakan kepada kita semua supaya jangan memuji seorang sebelum ia berbicara. Mengapa demikian? Sang penulis memulai perkataannya dengan mengatakan bahwa ketika kita mengayak sesuatu maka yang tertingal adalah sampahnya saja. Artinya hal yang baik akan terpisah dari hal yang tidak baik. Hal yang sama dapat terjadi di dalam diri setiap manusia. Dikatakan bahwa keburukan manusia tinggal di dalam bicaranya. Mengapa berbicara menjadi alat ukur kualitas hidup manusia? Karena dengan berbicara orang dapat melihat isi hati orang itu. Maka tepat sekali perkataan ini: “Jangan memuji seseorang sebelum ia bicara, sebab justru itulah batu ujian manusia.” (Sir 27:7). Dari diksinya kita dapat mengenal apakah orang ini baik dan berkualitas atau tidak.

Masing-masing kita dapat mengungkapkan diri melalui setiap perkataan yang keluar dari mulut kita. Bahasa sebagai alat komunikasi menjadi alat ukur pengungkapan diri kita. Dalam Kitab Amsal dikatakan bahwa orang yang baik menunjukkan bahwa bahasa itu bagaikan sebuah sumber hidup (Ams 18:4). Setiap perkataan yang keluar dari mulut itu memiliki daya transformatif bagi manusia untuk menjadi lebih baik lagi. Tuhan Yesus pernah berkata: “Orang yang baik mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan hatinya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan barang yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat. Karena yang diucapkan mulutnya, meluap dari hatinya.” (Luk 6:45). Apakah anda adalah seorang yang berpikir positif?

Tuhan Yesus dalam bacaan Injil memberi indikasi-indikasi tertentu tentang bagaimana menjauhkan pikiran negatif dan mengembangkan kekuatan berpikir positif terhadap sesama manusia. Ia mengatakan bahwa orang buta tidak dapat membimbing orang buta sebab keduannya akan jatuh ke dalam satu lubang yang sama. Orang-orang yang selalu berpikiran poisitif akan melihat segala sesuatu yang membahagiakan, yang memberi optimism kehidupan. Orang-orang yang berpikir negatif akan bertindak negatif dengan menyebarkan berita hoax dan rasa pesimis menguasai hidupnya. Orang-orang yang berpikir negatif bersikpa seperti ini: selalu melihat selumbar dalam mata saudaranya dan lupa bahwa ada balok di matanya. Pikiran positif yang harus dimiliki adalah mengubah cara pandang terhadap sesama. Mulailah mengubah cara pandang, perspektif yang benar terhadap sesama kita.

Hal lain yang disinggung Tuhan Yesus dalam Injil adalah kita coba memandang pohon. Yesus mengatakan: “Karena tidak ada pohon yang baik yang menghasilkan buah yang tidak baik, dan juga tidak ada pohon yang tidak baik yang menghasilkan buah yang baik. Sebab setiap pohon dikenal pada buahnya. Karena dari semak duri orang tidak memetik buah ara dan dari duri-duri tidak memetik buah anggur.” (Luk 6:43-44). Kemampuan untuk berpikir positif itu seperti kita sedang memandang pohon. Pohon baik tentu buahnya baik dan selalu menjadi sasaran karena buahnya baik. Perhatikan mangga di pinggir jalan. Berapa orang yang melemparinya dengan batu? Mereka melemparinya dengan batu karena buahnya. Demikian orang-orang yang berpikir negatif akan selalu menyerang orang-orang baik, yang selalu menghadirkan warna kasih dan kedamaian kepada sesama manusia.

Tuhan Yesus pada akhirnya mengatakan: “Orang yang baik mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan hatinya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan barang yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat. Karena yang diucapkan mulutnya, meluap dari hatinya.” (Luk 6:45). Kata-kata yang keluar dari mulut menggambarkan suasana batin orang. Kalau hatimu bersih maka sorotan mata dan perilakumu baik adanya. Kalau hatimu kotor maka sorotan mata dan kata-katamu menyakiti hati sesama. Hati kotor ikut mengotori pikiran negatif terhadap sesama manusia.

Kita kembali kepada Kristus sebagai model hidup kita. St. Paulus dalam bacaan kedua mengatakan bahwa Tuhan Allah telah memberi kemenangan kepada kita berkat Yesus Kristus. Maka bagi Paulus, yang harus kita lakukan untuk membangun pikiran positif kita adalah: “Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.” (1Kor 15:48). Pikiran positif membawa kita ke jalan keselamatan. Pikiran negatif membuka pintu kebinasaan. Mulailah berpikir positif terhadap Tuhan dan sesamamu.

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply